Pages

Jumat, 29 Mei 2015

Kemungkinan Besar Dalam Alaska

Judul buku: Looking for Alaska
Jumlah halaman: 288 halaman
Penulis: John Green
Penerjemah: Sekar Wulandari
Tahun terbit: 17 Juli 2014
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020307329

Suatu hari, Miles Halter mengambil keputusan besar untuk hidupnya: meninggalkan Florida demi sebuah SMA berasrama yang “bagus” di Alabama, Culver Creek. Itu adalah sebuah sekolah superdisiplin yang disesaki anak-anak berkemampuan akademik di atas rata-rata. Tidak diragukan jika anak-anak itu hampir selalu terkagum-kagum dengan segala bentuk kejahilan, kecuali Miles tentu saja. Setidaknya di awal hari-harinya di Culver Creek, dia terobsesi dengan Kemungkinan Besar yang mungkin akan dia temui di tempat asing yang baru itu, sebesar obsesi uniknya terhadap kata-kata terakhir orang-orang terkenal sebelum mereka meninggal.
Sebelum datang ke sini, untuk waktu yang lama, saya berpikir bahwa cara keluar dari labirin adalah dengan berpura-pura labirin itu tidak ada, membangun dunia kecil yang mandiri di sudut belakang jaringan simpang-siur itu dan berpura-pura bahwa saya tidak tersesat melainkan berada di rumah. Tapi itu hanya membawa saya pada kehidupan yang sepi, hanya ditemani kata-kata terakhir orang-orang yang sudah mati, jadi saya datang ke sini untuk mencari Kemungkinan Besar, mencari teman-teman sungguhan dan kehidupan yang lebih berarti (halaman 275).
Di Culver Creek, Miles mendapatkan teman sekamar yang superjahil bernama Chip Martin yang menjuluki dirinya sendiri dengan Kolonel. Cowok Pendek itulah yang menjuluki Miles dengan Pudge, mempertemukannya dengan Alaska yang mengubah hidupnya, juga menjadi yang secara tidak langsung mengenalkannya pada rokok dan minuman keras. Kolonel kemudian menjadi pempimpin dalam aksi-aksi jahil yang melibatkan Miles, Alaska, dan Takumi—meskipun tentu saja, Alaska selalu menjadi pencetus gagasan jahil paling brilian.
Miles “Pudge” Halter berayun di tengah belantara Culver Creek dalam ketidakterdugaan tentang Kemungkinan Besar, yang dengan mentalitas kemudaan-nya, berusaha dia pecahkan dengan terbata. Jatuh cinta kepada Alaska Young adalah salah satu Kemungkinan Besar yang mengguncangnya dengan hebat. Hingga dia tidak yakin, masihkah dia berayun di antara pertanyaan-pertanyaannya, ataukah dia hanya tengah berjalan di dalam kenyataan dengan goyah. Hal itu terjadi, tepat sesaat setelah Alaska Young menghilang, dan tidak pernah ditemukan.
Setelah The Fault In Our Stars, karya-karya John Green—baik pendahulu The Fault In Our Stars, maupun buku-buku yang lahir setelahnya—satu demi satu akan mendapat perhatian lebih. Looking For Alaska adalah buku yang mungkin akan melahirkan gelitikan rasa nakal yang sukar ditahan dalam diri penggemar buku-buku bergenre young adult. Rasa tidak sabar ingin membandingkannya dengan The Fault In Our Stars yang fenomenal—meskipun sebenarnya buku ini telah lebih dulu terbit dari TFiOS. Secara umum, Looking For Alaska adalah kisah tentang remaja yang beranjak menuju pendewasaan fase awal, dengan segala polemik khasnya. Pencarian makna-makna mendasar tentang kehidupan, penemuan nilai-nilai humanis dengan cara-cara yang emosional (khas remaja), dan pembentukan prinsip-prinsip fundamental untuk mendesain peta masa depan mereka.
Kisah-kisah semacam ini hampir selalu mengemukakan kenakalan-kenakalan remaja, kisah cinta, hal-hal tentang perasahabatan, dan masalah-masalah khas sekolah. Hal ini juga akan kita temukan tanpa kesulitan dalam Looking For Alaska. Tapi semua itu menjadi berbeda jika cerita itu dikemukakan lewat kepiawaian seorang John Green. Kecerdasan Green dalam menjalin cerita dan menuturkannya dengan tidak biasa adalah hal yang tidak selalu dipilih penulis buku-buku bergenre sama. Saya menyebutnya teknik-menjejalkan-hal-hal-filosofis-tanpa-membuat-remaja-yang-malas-belajar-muntah-karena-serangan-kebencian-tidak-tertahankan. Hal ini telah menjadi sentuhan khas Green yang akan selalu saya kenali bahkan ketika membaca salah satu ceritanya tanpa mengetahui nama penulisnya.
Selain gaya penulisan Green, hal menarik dan menyenangkan lain dari Looking For Alaska adalah karakter tokoh-tokohnya yang terasa sangat hidup, dan mudah disukai. Sesuatu yang biasanya sulit dirasakan untuk anak-anak muda yang senang membuat masalah. Dalam banyak hal, Miles, Chip, Alaska, dan Takumi, adalah remaja yang sangat familier. Mereka terasa seperti teman sekelas yang berbagi camilan atau buku paket sekolah denganmu, seperti cowok dari kelas sebelah yang reputasinya dalam hal-hal baik dan buruk sekaligus sering kaudengar setiap kali kau berjalan menuju kantin sekolah atau ruang guru, atau terasa seperti cewek pintar yang digilai banyak cowok dan dibenci banyak cewek tapi anehnya mereka menyukainya juga meski dengan diam-diam. Tapi yang pasti, jika kau pembaca buku-buku bergenre young adult yang segar, cerdas dan sedikit tidak biasa, Looking For Alaska adalah buku yang wajib masuk daftar buruanmu. [RAY]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar