Judul buku: Paper Town
Jumlah halaman: 360 halaman
Penulis: John Green
Tahun terbit: September 2014
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13:
9786020308586
Quentin
Jacobson adalah pelajar berusia tujuh belas yang telah jatuh cinta pada
tetangganya, Margo Roth Spiegelman, hampir di sepanjang hidupnya. Gadis populer
di sekolah mereka, sebuah SMA di Central Florida, yang cantik, cerdas, keren,
dan berkharisma. Mereka telah saling mengenal sejak kecil, dan kedua orang tua
mereka berteman baik. Tetapi setelah seseorang mati di Jefferson Park, Margo
tidak pernah lagi mendekati Quentin.
Quentin adalah
seorang pelajar yang cerdas dan patuh. Kedua orang tuanya adalah terapis dan
Quentin tumbuh dalam lingkungan yang sehat serta jauh dari segala bentuk
kenakalan apa pun. Tetapi ketika suatu malam Margo muncul secara tiba-tiba di
jendelanya dengan sederetan rencana petualangan, dan memintanya menyetir untuk
dirinya, Quentin tidak bisa menolak. Menyetir mobil milik ibunya, Quentin resmi
menjadi partner in crime Margo dalam
semalam. Maka malam itu, Quentin dan Margo berkendara di seluruh kota, membalas
dendam pada orang-orang yang menyakiti mereka, dan menerobos masuk ke Sea World
untuk melakukan segala macam kegilaan yang tidak mungkin terjadi di hari-hari
yang lain, dan baru pulang menjelang pagi. Quentin pikir, hubungannya dengan
Margo telah membaik dan dia mulai berharap lebih. Tapi ketika datang ke sekolah
pagi itu, Margo malah menghilang sama sekali. Gadis itu tidak bisa ditemukan di
mana pun. Margo benar-benar hilang!
Berat sekali untuk pergi—sampai kita pergi. Dan kemudian itu menjadi tindakan termudah di dunia (hal. 262).
Maka Quentin akhirnya
memutuskan untuk menemukan Margo, berbekal petunjuk-petunjuk kecil yang
tampaknya sengaja ditinggalkan gadis itu untuknya. Margo yang sudah kerap kali
kabur dari rumah, membuat orang tuanya cemas sekaligus tidak. Tapi Quentin
bertekad akan menemukan Margo apa pun yang terjadi. Ditemani oleh dua
sahabatnya: Ben Starling yang lucu dan sangat solider, dan Radar yang cerdas dan merupakan seorang pengelola situs sejenis Wikipedia, ketiganya
bertualang memecahkan kode-kode Margo, melintasi kota-kota kertas yang mungkin
menyembunyikan Margo beserta rahasianya.
Menurutku mungkin alasan aku merasa takut adalah karena aku berusaha menyiapkan diri, melatih tubuhku menghadapi ketakutan sebenarnya ketika hal itu datang (hal. 162).
Paper Town adalah buku ketiga karya
John Green yang sukses dengan buku The
Fault In Our Stars. Dituliskan dengan narasi yang memikat namun tetapi dengan
gaya pengisahan yang sangat khas remaja, sulit rasannya melepaskan buku ini sebelum
menyelesaikannya. Misteri hilangnya Margo ditulis dengan cermat dan
menegangkan. Pembaca akan tersesat bersama Quentin dalam petualangannya
menemukan Margo lewat kode-kode yang ditinggalkannya.
… karena menurutku itulah tepatnya yang diinginkan Whitman. Agar kau tidak menganggap Song of Myself hanya sekadar puisi tetapi sebagai cara untuk memahami orang lain. … Aku memang berpendapat bahwa ada beberapa hubungan menarik antara puisi di Song of Myself dan Margo Spiegelman—semua karisma liar dan hasrat berkelana itu. tapi sebuah puisi tidak bisa menjalankan tugasnya kalau kita hanya membaca cuplikan-cuplikannya” (Quentin: 186).
John Green
tidak saja mengetengahkan hubungan sosial para remaja, tetapi mengungkap sisi
psikologis remaja yang semestinya senantiasa menjadi perhatian para orang tua.
Meski lebih ringan dari Looking For
Alaska—buku pertama John Green—Paper
Town tetap menghibur dan memikat dengan segala kelucuan, misteri, dan
romantismenya. John Green adalah seorang penulis dialog yang jenius. Cerdas,
segar, dan humoris pada saat yang sama. Menyisipkan filosofi-filosofi yang
cerdas tapi mudah dipahami remaja, membuat buku ini bukan sekadar cerita cinta
remaja biasa. John Green mengajak remaja untuk menemukan jati diri, merenungi
hal-hal mendasar tentang menjalani hidup, menjaga persahabatan, menumbuhkan
cinta, dan merawat kekeluargaan. Benar-benar sebuah novel remaja yang sarat nilai.
Diakhiri dengan
twist yang mengejutkan, Paper Town
mengingatkan kita pada kekuatan tersembunyi dan menakutkan di dalam diri
seorang remaja. Novel yang telah difilmkan dan akan rilis pada Juni mendatang
ini, juga seolah hadir untuk mengingatkan para orang tua akan peran mereka
sebagai pendamping utama putra-putri mereka di masa remaja mereka yang kritis. [RAY]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar