Saya menerima Memento 6
September 2013. Paket Memento harus saya susul ke kantor
cabang JNE Kendari karena Mbak yang lagi jaga asrama menolak paket ini tanpa
saya :). Hanya membutuhkan dua hari untuk mendistribusikan keenam Memento pada
penerimanya. Namun, sangat tidak mudah menemukan Minggu sore yang lowong untuk
menyatukan enam cewek supersibuk ini. Mala, Nurul, dan Intan, yang sibuk sama
kegiatan akademik dan ekskul kampusnya, Awi yang sibuk dengan aktivitas kantor
dan kekarantinaan pelabuhan, Leea yang sibuk dengan aktvitas misteriusnya
(nggak pernah dipublikasi soalnya), dan Amaya yang baru menyelesaikan
penelitian tugas akhir. Sebenarnya, ada satu member lagi. Nafilah. Sayangnya,
karena kelelahan, Nafilah ketiduran dan tidak sempat hadir. Nafilah hanya
menjanjikan review Memento yang kemudian diberikan pada saya
untuk saya selipkan dalam liputan ini.
Dari kiri ke kanan: Mala - Awi - Amaya - Intan - Leea |
Sebelum program Arisan Buku Gagasmedia-Bukune, saya tidak pernah
membayangkan bagaimana serunya mengobrolkan buku untuk didokumentasikan dalam
bentuk liputan. Dan khusus untuk "Ngumpul Ngobrol Memento"
ini, saya merekam obrolan kami. Hasilnya, kami terdengar seperti ibu-ibu
bergosip. Bedanya, kalau di sini, kita ngegosipin buku ^_^
Saat membahas soal ending, seluruh members menyatakan
ketidakpuasannya.
Obrolan kami berakhir hanya sesaat sebelum kumandang tarhib di masjid, ditutup dengan kebingungan Nurul tentang filosofi cover Memento dan curiousity-nya Amaya tentang arti Memento.
Finally, IFC mengucapkan banyak terima kasih atas sweet gift dari GagasMedia dan Bukune ini. Dan tak lupa, gagasan untuk menuliskan liputan hasil obrolan buku. Ini akan menjadi postingan perdana temu mingguan IFC, yang akan terus berlanjut hingga seterusnya, untuk menjadi posting mingguan. Semoga. Terima kasih GagasMedia dan Bukune! ^_^
Obrolan kami berakhir hanya sesaat sebelum kumandang tarhib di masjid, ditutup dengan kebingungan Nurul tentang filosofi cover Memento dan curiousity-nya Amaya tentang arti Memento.
Finally, IFC mengucapkan banyak terima kasih atas sweet gift dari GagasMedia dan Bukune ini. Dan tak lupa, gagasan untuk menuliskan liputan hasil obrolan buku. Ini akan menjadi postingan perdana temu mingguan IFC, yang akan terus berlanjut hingga seterusnya, untuk menjadi posting mingguan. Semoga. Terima kasih GagasMedia dan Bukune! ^_^
Awalnya, liputan ini saya rencanakan untuk dibuat dalam format audio-visual. Sayang sekali, saya tidak memiliki cukup waktu untuk men-direct klip video rekaman obrolan kami. Selain karena obrolan berlangsung natural wthout script dan nggak bisa pakai "pause", tripod yang dibawa Leea juga nggak ada locker-nya.
So, pengin tahu serunya obrolan kami? Yuk, let's
check this summary out! ;)
Adapun Leea, dia punya adegan favoritnya
sendiri. Yakni sikap Shalom memperlakukan Elgar dengan sebaik-baiknya
perlakuan. Selain itu, hal yang disukai Leea dari Memento adalah
diksi Wulan Dewatra. "Yup!" komentar Amaya. "Rapi memang,
meski nggak spektakuler.
"Hubungan Shalom dengan ibu Elgar tidak
terselesaikan," Awi memberikan pendapatnya.
Sedang menurut Leea, hal itu memang itu sengaja
dibiarkan terbuka. Intan dan Mala sepakat bahwa akhir ceritanya sangat cepat
dan terburu-buru. Amaya mengungkapkan hal senada, dan berharap bisa menikmati
emosi dari keputusan Elgar menyetujui euthanasia Shalom, namun
Shalom sudah lebih dulu membuka mata. "Iya. Cepat banget buka
matanya. Hanya karena Elgar menangis," sesal Awi.
Meski demikian, karakter Shalom melekat kuat di
kesan Awi. "Dia mencintai tapi kelihatan tidak mencintai,"
tuturnya, menjelang akhir diskusi kami.
Butuh lima menit buat Nurul untuk menangkap
kesan sesosok perempuan yang memegang setangkai bunga di cover MEMENTO,
yang disusul bunyi "ah ... oh" dari members yang
lain. Intan yakin bahwa gadis di cover Memento adalah
Shalom. Sedang menurut Amaya, sosok transparan gadis pemegang setangkai bunga
di cover adalah representasi Shalom yang tak lagi utuh setelah
begitu banyak kehilangan dalam hidupnya.
"Omong-omong, Memento artinya
apaan, sih?" celetuk Awi tiba-tiba.
"Ah, iya. Saya juga bertanya-tanya,"
sahut Amaya.
Nurul menjadi kunci menuju jawaban pertanyaan
ini. Nurul yang penasaran dengan kata Memento mengaku
menemukan arti Memento di kamus bahasa Inggris, yang ternyata
berarti kenang-kenangan.
"Ahh ... kirain bahasa Amerika latin,"
Amaya berdecak.. "Kenang-kenangan ...." Sesi obrolan baru
benar-benar berakhir setelah sesi tukar-pinjam buku
antarmember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar