Pages

Jumat, 08 Agustus 2014

Remember When [A Review]


Judul Buku: Remember When
Jumlah Halaman: 260 halaman
Penulis: Winna Efendi
Editor: Samira & Gita Romadhona
Tahun Terbit: Maret 2011
Penerbit: Gagas Media
ISBN: 9797804879 (ISBN13: 9789797804879)

        Moses dan Adrian yang bersahabat sejak kecil (mereka bahkan sudah bertemu sejak lahir), jatuh cinta pada sepasang sahabat, Freya dan Gia. Moses yang nerd, ketua OSIS teladan, menyukai Freya yang juga kutu buku dan superserius dalam hal akademik. Sedang Adrian yang ganteng, tinggi, jago basket, dan setiap pagi mendapat banyak ungkapan cinta dari penggemar di lokernya, naksir Anggia yang ramah, ceria, cantik, dan tipe idaman hampir semua cowok di sekolah. Kecanggungan Moses dan kepercayaan diri Adrian berakhir bahagia. Moses jadian dengan Freya, dan Adrian jadian sama Anggia. Tapi, kisah yang sebenarnya baru dimulai semenjak itu.

         Moses, Adrian, Freya, dan Anggia, mendewasa oleh ikatan segiempat di antara mereka. Tentang cinta monyet, cinta yang mereka persepsikan sebagai cinta sejati, persahabatan, pertemuan, kehilangan, dan pertemuan kembali. Tentang bagaimana menjadi kuat, tentang makna mencintai yang sesungguhnya.


       Mungkin karena sudah terlalu lama tidak membaca teenlit, saya jadi sangat terkejut, menyadari bahwa beginilah teenlit Indonesia. Selalu diceritakan dengan gaya "too much telling". Saya hampir tidak merasakan apa pun ketika membacanya. Saya tahu, bahwa bagi remaja, cinta dan persahabatan, adalah hal yang paling penting. Bahkan seringkali, lebih penting dari nyawa mereka sendiri. Cerita ini sayangnya, terlalu egois. Dunia sekolah hanya menjadi latar belakang seadanya untuk kisah cinta monyet Moses, Adrian, Freya, dan Anggia. Seolah-olah, dunia remaja akan selalu berporos pada cinta SMA. Emosi baru terasa setelah saya mencapai epilog.


       Saya sulit berempati kepada tokoh-tokoh utamanya, kecuali Moses, yang masih mencintai Freya tanpa tahu apa yang sedang terjadi antara kekasihnya dan sahabatnya. Dan saya baru bisa merasa simpati kepada Anggia di akhir cerita. Penantian yang terlalu lama. 

    Seperti halnya teenlit kebanyakan, Remember When bercerita tentang kehidupan remaja pada umumnya: yang begitu silau dengan ketampanan (seperti Anggia pada Adrian), yang terlalu naif mempercayai bahwa ia tengah jatuh cinta (seperti Freya pada Moses), yang begitu mudah meyakinkan diri bahwa gadisnya akan menjadi yang terakhir untuknya (seperti Adrian kepada Anggia). Tidak ada keistimewaan dengan nilai greget tinggi di novel ini. Satu-satunya hal yang membuat saya bertahan sampai akhir adalah keingintahuan saya pada rasa kesal yang mungkin muncul pada saya ketika kisah ini berakhir--karena sejujurnya saya sudah bisa menebak akhirnya. Saya ingin merasa kesal agar bisa melupakan buku ini sesegera mungkin. Tapi saya rasa, di tahun terbitnya yang pertama kali, yakni tahun 2008 (dan saat itu masih berjudul Kenangan Putih Abu-Abu), cerita ini pastilah kisah yang begitu baru di antara kisah-kisah cinta remaja yang berakhir bahagia setelah tokoh utama cewek & cowoknya dihalangi antagonis cowok atau cewek, yang bukan sahabat mereka.

       Remember When adalah buku pertama Winna Efendi yang diterbitkan, namun buku pertama Winna Efendi yang saya baca adalah Ai--sebuah novel young adult berlatar Jepang yang bernuansa muram & kelam sehingga saya sudah memutuskan untuk tidak membaca buku-buku Winna Efendi lagi. Ai berkisah tentang persahabatan yang berubah jadi cinta. Seperti halnya Remember When. Winna sepertinya sangat menyukai tema ini. Saya sedang membaca novel keduanya, Refrain, yang juga memiliki tema serupa. Winna terlihat keras mengemasnya sedemikian rupa agar tampil berbeda meski memiliki tema yang sama. Sejauh ini, Winna cukup berhasil menghadirkan karakter yang beragam, dan plot yang--meski klise--berbeda di setiap kisahnya. Remember When & Ai bernuansa cukup suram, tidak seperti Refrain yang ceria. Semoga saya bisa lebih menyukai Refrain ketimbang Remember When.

__Ray

Tidak ada komentar:

Posting Komentar